PERADABAN ISLAM MASA AL-KHULAFA ‘AL RASYDIN
A.PENDAHULUAN
Khulafaur al-Rasyidun sebagai sahabat-sahabat yang meneruskan perjuangan Nabi Muhammad kiranya pantas untuk dijadikan sebagai rujukan saat kita akan melaksanakan sesuatu dimasa depan. Karena peristiwa yang terjadi sungguh beragam. Dari mulai cara pengaangkatan sebagai khalifah, sistem pemerintahan, pengelolaan administrasi, hubungan sosial kemasyaratan dan lain sebagainya.
Daulat Khulafaur-Rasyidin (11-40 H/ 632-661 M) yang berkedudukan di Madinah Al Munawarrah itu hanya berkuasa selama tiga puluh tahun menurut sanat hijriyah ataupun dua puluh sembilan tahun menurut sanat Masehi. Walaupun masa pemerintahan tersebut termasuk masa pemerintahan yang teramat singkat tetapi itu sangat menentukan sekali bagi kelanjutan agama Islam dan bagi perkembangan kekuasaan Islam.Khulafaur-Rasyidin itu bermakna pengganti-pengganti yang cendekiawan terdiri atas 4 tokoh sepeninggalan Nabi Muhammad SAW, yaitu:
1. Abu Bakar As-Shiddiq (11-13 H/632-634 M)
2. Umar Ibn khattab (13-23 H/634-644 M)
3. Utsman Ibn Affan (23-35 H/644-655 M)
4. Ali Ibn Abi Thalib (35-40 H/655-661 M)
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan diungkapkan mengenai sejarah kepemimpinan Daulat Khulafaur-Rasyidin yang terkait hal:
1. Bagaimana Perkembangan Politik dan Pemerintahan pada masa Khulafa’ al-Rayidun?
2. Bagaimana Perkembangan Kebudayaan dan Peradaban pada masa Khulafa’ al-Rayidun.
B.TSAQIFAH BANI SA’IDAH
Tidak adanya pesan khusus Nabi Muhammad SAW tentang calon pengganti kepemimpinan negara secepatnya mencari penggantinya. Kaum anshar mengadakan pertemuan di Tsaqifah Bani Sa’idah yang menghasilkan kesimpulan sementara, bahwa kaum Ansharlah yang paling besar jasanya terhadap Islam. Dengan demikian, maka pengganti kedudukan Nabi sebagai kepala negara pantas dipilih dari golongan mereka.
Kemudian berita itu sampai pada Abu Bakar dan Umar Ibn khattab, lalu mereka bersama Abu Ubaidah Ibn Jarah datang ke Tsaqifah. Selanjutnya musyawarah di Tsaqifah menjadi musyawarah perwakilan kaum Muhajirin dan Anshar. Akhirnya, setelah melewati perdebatan panjang, wakil dari kaum anshar menerima pendapat bahwa suku Quraisylah yang lebih pantas menjadi pemimpin.
Basyir Ibn Sa’ad menjabat tangan Abu Bakar dan membai’atnya sebagai pengganti Nabi (Khalifah). Bai’at ini kemudian dikenal dengan Bai’at Tsaqifah. Pada hari berikutnya, Abu Bakar naik mimbar di mesjid Nabawi dan berlangsung bai’at umum. [1]
Memang diakui oleh seluruh sejarawan bahwa Rasulullah yang wafat tahun 11 H,tidak meninggalkan wasiat tentang orang yang akan penggantikannya. Oleh karena itu,setelah rasulullah SAW wafat para sahabat segera berkumpul untuk bermusyawarah disuatu tempat yaitu Tsaqifah Bani Sa’idah guna memilih pengganti Rasulullah (Khalifah)memimpin ummat Islam. Musyawarah itu secara spontanitas diprakarsai oleh kaumAnshor. Sikap mereka itu menunjukkan bahwa mereka lebih memiliki kesadaran politik dari pada yang lain, dalam memikirkan siapa pengganti Rasulullah dalam memimpin umatIslam.
Dalam pertemuan itu mereka mengalami kesulitan bahkan hampir terjadi perpecahan diantara golongan, karena masing-masing kaum mengajukan calon pemimpin dari golongannya sendiri-sendiri. Pihak Anshar mencalonkan Sa’ad bin Ubaidah, dengan alasan mereka yang menolong Nabi ketika keadaan di Makkah genting. Kaum Muhajirin menginginkan supaya pengganti Nabi SAW dipilih dari kelompok mereka, sebab muhajirinlah yang telah merasakan pahit getirnya perjuangan dalam Islam sejak awal mula Islam. Sedang dipihak lain terdapat sekelompok orang yang menghendaki Ali Bin Abi Thalib, karena jasa-jasa dan kedudukannya selaku menantu Rasulullah SAW. Hingga peristiwa tersebut diketahui Umar. Ia kemudian pergi ke kediaman nabi dan mengutus seseorang untuk menemui Abu Bakar. Kemudian keduanya berangkat dan diperjalanan bertemu dengan Ubaidah bin Jarroh. Setibanya di balai Bani Sa’idah, mereka mendapatkan dua golongan besar kaum Anshor dan Muhajirin bersitegang.
Dengan tenang Abu Bakar berdiri di tengah-tengah mereka, kemudian berpidato yang isinya merinci kembali jasa kaum Anshor bagi tujuan Islam. Disisi lain ia menekankan pula anugrah dari Allah yang memberi keistimewaan kepada kaum Muhajirin yang telah mengikuti Muhammad sebagai Nabi dan menerima Islam lebih awal dan rela hidup menderita bersama Nabi. Tetapi pidato Abu Bakar itu tidak dapat meredam situasi yang sedang tegang. Kedua kelompok masih tetap pada pendiriannya. Kemudia Abu Ubaidah mengajak kaum Anshor agar bersikap toleransi, begitu juga Basyir bin Sa’ad dari Khazraj (Anshor) agar kita tidak memperpanjang perselisihan ini. Akhirnya situasi dapat sedikit terkendali.
Disela-sela ketegangan itu kaum Anshor masih menyarankan bahwa harus ada dua kelompok. Hal itu berarti kepecahan kesatuan Islam, akhirnya dengan resiko apapun Abu Bakar tampil ke depan dan berkata “Saya akan menyetujui salah seorang yang kalian pilih diantara kedua orang ini” yakni tidak bisa lebih mengutamakan kami sendiri dari pada anda dalam hal ini”, situasi menjadi lebih kacau lagi, kemudia Umar berbicara untuk mendukung Abu Bakar dan mengangkat setia kepadanya. Dia tidak memerlukan waktu lama untuk menyakinkan kaum Anshor dan yang lain, bahwa Abu Bakar adalah orang yang paling patut di Madinah untuk menjadi penerus pertama dari Nabi Muhammad SAW.
Sesudah argumentasi demi argumentasi dilontarkan, musyawarah secara bulat
menunjuk Abu Bakar untuk menjabat Khalifah dengan gelar “Amirul Mu’minin”. Dengan semangat Islamiyyah terpilihlah Abu Bakar . Dia adalah orang yang ideal, karena sejak mula pertama Islam diturunkan menjadi pendamping Nabi, dialah sahabat yang paling memahami risalah Rasul. Disamping itu beliau juga pernah menggantikan Rasulullah sebagai imam pada saat Rasulullah sakit.
Setelah mereka sepakat dengan gagasan Umar, sekelompok demi sekelompok maju kedepan dan bersama-sama membaiat Abu Bakar sebagai Khalifah. Baiat tersebut dinamakan baiat tsaqifah karena bertempat di balai Tsaqifah Bani Sa’idah. Pertemuan politik itu berlagsung hangat, terbuka dan demokratis.[2]
Pertemuan politik itu merupakan peristiwa sejarah yang penting bagi umat Islam.Sesuatu yang megikat mereka tetap dalam satu kepemimpinan pemerintahan. Dan terpilihnya Abu Bakar menjadi Khalifah pertama, menjadi dasar terbentuknya sistempemerintahan Khalifah dalam Islam.[3]
B.SISTEM POLITIK, PEMERINTAHAN DAN BENTUK NEGARA
Teori politik yang pertama timbul, setelah Nabi Muhammad wafat ialah mengenai jabatan Kepala Negara. Di zaman Nabi jabatan itu mempunyai bentuk yang unik. Nabi mempunyai kedudukan, bukan hanya sebagai Kepala Agama, tetapi juga sebagai Kepala Negara. Dalam diri Nabi terkumpul dua kekuasaan, kekuasaan spiritual dan kekuasaan sekuler. Dalam kapasitasnya sebagai Kepala Negara, Nabi mesti diganti oleh orang lain untuk memimpin negara yang ditinggalkannya, tetapi dalam kedudukannya sebagai Rasul tentu tak dapat diganti oleh siapapun.
Pemerintahan (khilafah), yang timbul pada saat itu tidak berbentuk kerajaan, tetapi lebih dekat bentuk republik, dalam arti, Kepala Negara dipilih dan tidak mempunyai sifat turun-temurun. Antara Khalifah pertama (Abu Bakar), Khalifah kedua (Umar Ibn Khattab), khalifah ketiga (Utsman Ibn affan), dan khlaifah keempat (Ali Ibn Abi Thalib) tidak mempunyai hubungan darah. Mereka adalah sahabat Nabi dan dengan demikian hubungan antara sesama mereka adalah hubungan persahabatan.
C.SISTEM PENGGANTIAN KEPALA NEGARA
Sistem penggantian atau pengangkatan khalifah, sebagai kepala negara, merupakan pola pemerintahan khulafaur-rasyidin yang paling penting. Keempat khlaifah al-rasyidin dipilih melalui cara yang hampir sama. Pola pemilihan tersebut dapat dikategorikan sebagai pemilihan langsung yang terdiri atas dua tahap. Tahap pertama, pemilihan figur khlaifah, sedangkan tahap kedua, pengukuhan keabsahan khalifah terpilih bai’at (janji kesetiaan).
Abu Bakar dianggap menjadi Khalifah atas dasar permufakatan pemuka-pemuka anshar dan muhajirin dalam rapat Saqifah di Madinah. Pengangkatan itu kemudian mendapat persetujuan dan pengakuan ummat melalui bai’at. Umar menjadi khalifah kedua atas pencalonan Abu Bakar yang segera juga mendapat persetujuan ummat. Penentuan Utsman Ibn Affan sebagai khalifah ketiga dirundingkan dalam rapat Enam Sahabat. Utsman juga segera mendapat bai’at dari ummat. Setelah Utsman terbunuh, Ali -lah yang menjadi calon terkuat untuk menjadi khalifah keempat. Tetapi bai’at yang diterima Ali tidak lagi sebulat bai’at yang diberikan kepada khalifah-khalifah sebelumnya.[4]
D.KAHLIFAH, AMIR AL MU;MININ DAN IMAM
Dalam sejarah pemerintahan Islam ada 3 gelar yang digunakan bagi kepala negara, yaitu khalifah, Amir al-mu’minin dan imam. Meskipun waktu dan sebab-sebab kemunculan gelar-gelar tersebut yang berbeda, namun semuanya mengarah ke satu tujuan untuk memberi pengertian yang sama, yaitu pemimpin ummat Islam.
1. Khalifah
Khalifah mempunyai arti penyusul atau pengganti. Gelar khalifah lebih umum dipakai, sehingga terkait secara resmi dengan jabatan kepala negara.
Empat khalifah pertama yakni Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali, yang memiliki peranan dalam spiritual yang tinggi, oleh karena iti mereka diberi gelarpenghormatan sebagai khalifah al- Rasydun (khalifah yang lurus).[5]
2. Amir Al-Mu’minin
Amir berarti putra mahkota, komandan, pemimpin, penasehat atau penyuluh. Dengan demikian amir al-mu’minin memberi arti pemimpin kaum muslimin. Gelar amir al-mu’minin pertama kali dipakai oleh khalifah Umar Ibn Khattab, yang menunjukkan keistimewaannya dalam memelihara kepentingan kaum muslimin.Amir al mu’minin gelar sebagai khalifah (komandan orang yang beriman )gelar sebagai seorang khalifah (brlaku semenjak khalifah kedua, umar Ibn Khatab)sebagai panglima militer tertinggi, gelar ini jg digunakan oleh beberapa raja islam.[6]
3. Imam
Imam berarti pemimpin (ketua) yang bertangggung jawab dan mempunyai ummat. Gelar imam ini dipakai golongan syiah untuk kepala negara. Mereka berpendapat bahwa jabatan kepala negara bukanlah hak tiap orang islam, bahkan pula tidak hak setiap orang Quraysi. Dalam paham kaum syiah imamah (jabatan kepala negara) adalah hak monopoli Ali Ibn Abi Thalib dan keturunannya. Imamah dalam teori syiah mempunyai bentuk kerajaan dan turun temurun.
Imam adalah sebuah gelar bagi pemimpin suatu kelompok atau komunitas yang merupakan gelar yang khas dari pada gelar-gelar yang lain.[7]
E.MASA ABU BAKAR ASH SIDDIQ DAN UMAR IBN KHATAB
Abu Bakar, nama lengkapnya ialah Abdullah bin Abi Qhafa At-Tamimi. Di zaman pra islam bernama Abdul Ka’bah, kemudian dig anti oleh nabi menjadi Abdullah. Ia termasuk salah seorang sahabat yang utama. Dijuluki Abu bakar karena dari pagi-pagi betul (orang yang paling awal) memeluk islam. Gelar Ash-shidiq diperolehnya karena ia segera membenarkan nabi dalam berbagai peristiwa, terutama isra’dan Mi’raj. Seringkali mendampingi Rasullullah mempercayainya sebagai pengganti untuk menangani tugas-tugas keagamaan dan atau mengurusi persoalan-persoalan actual di Madinah. Pilihan umat terhadap tokoh ini sangatlah tepat
Setelah Nabi Muhammad wafat dan Abu Bakar menjadi Khalifah, muncul berbagai gerakan baru yang menentang diantaranya gerakan riddah. Perang riddah tidak lain adalah perang antara orang- orang mukmin dengan orang-orang murtad yang berkeinginan mengembalikan kaum muslimin ke peradaban sebelumnya. Oleh karena itu mereka menentang Abu Bakar. Khalid Ibn Walid adalah jenderal yang banyak jasanya dalam mengatasi perang riddah ini.[8]
1. Islam Sebagai Kedaulatan dan Kekuatan Politik
Selama pemerintahan Abu Bakar dan Umar Ibn Khatthab terjadi berbagai perubahan dan kemajuan luar biasa dalam berbagai aspek kehidupan. Abu Bakar mampu mengatasi persoalan internal ummat islam, seperti timbulnya deintegrasi, munculnya nabi-nabi palsu dan orang-orang murtad, serta banyaknya orang-orang yang tidak membayar zakat sehingga terhindar dari perpecahan dan mampu mengukuhkan kedudukan politik dalam negri.
Sedangkan Umar Ibn Khatthab mampu menjamin pengembangannya seperti penataan administrasi pemerintahan, pembangunan sarana fisik, pemahaman syariat islam secara kontekstual dan perluasan dunia islam.
a.Perluasan wilayah negara
Abu Bakar meskipun masa kekuasaannya 2 tahun namun mampu menyiapkan jalan bagi perluasan islam keluar jazirah arab. Ia mulai memperlebar wilayah keluar arabia. Khalid Ibn Walid dikirim ke irak dan dapat menguasai Hira tahun 634 M. Ke syiria dikirim tentara di bawah pimpinan tiga jenderal yaitu Amr Ibn Ash, Yazid Abi Sofyan dan Syutahbil Ibn Hasanah. Ekspansi ini bahkan sampai kekuasaan Bijantium walaupun hasilnya belum sempat diketahuinya karna lebih dahulu wafat.[9]
Perluasan wilayah pada masa pemerintahan umar sangat menonjol sehingga wilayah kekuasaan islam sampai ke syiria, irak, persia dan mesir. Ekspansi ke syiria dipimpin oleh Khalid Ibn Walid. Damaskus dapat dikuasai pasukan Islam 635 M. Kemudian ekspansi dilanjutkan ke arah Yordania, pecahlah perang Fihl antara pasukan Islam melawan pasukan Romawi dibawah pimpinan Jendral Siklar yang berakhir dengan kemenangan pasukann islam. Penyerangan diteruskan ke Hims (Amasia), dan ke Antokia, tempat istana Heraclius, raja romawi. Kemudian terjadi perang Yarmuk pada tahun 636 M dan Yerussalem dapat direbut tahun 637 M. Akhirnya seluruh syiria dapat dikusai dalam waktu relatif singkat (633-640 M).
Ekspansi ke Irak pertama kali dipimpin oleh Mutsanna, kemudian Umar menggantinya dengan Sa’ad ibn Abi Waqas. Dibawah pimpinan Sa’ad akhirnya dapat direbut kota-kota strategis dari kekusaan Persia. seperti Qadisia (638 M), Madain (637 M), Jalula (638 M), Hulwa (638 M), Hurista (638 M), Khasru (641 M), Nahawan (641 M), Hawadan (642 M), Azerbaijan (642 M), Kirman (644 M), Fars (644 M), Khurasan (644 M) dan Makran (645 M).
Ekspansi ke Mesir dipimpim oleh Amr Ibn Ash, mula-mula ia menyerang Mesir disertai dengan 4000 tentara tahun 639 M, dan dapat merebut kota Farama (Mesir timur)dan Bilbay. Puncak pertempuran terjadi di Babilon, sebagai pusat kerajaan Byzantium. Setelah datang bantuan pasukan 6000 tentara dipimpin oleh Zubair Ibn Awwam, Babilon dapat direbut. Penyerbuan diteruskan ke pusat kota Alexandria yang dipertahankan oleh 50000 tentara Heraclius. Kematian Heracluis secara tiba-tiba merubah situasi dan seluruh Mesir akhirnya jatuh ke tangan pasukan Islam tahun 641 M.
Setelah penaklukan syiria, Irak, Persia, dan Mesir dalam waktu singkat selama 10 tahun kepemimpinan Umar Ibn Khattab, negara Islam telah berubah menjadi negara Adi kuasa pada masa itu. [10]
b.Pemerintahan negara
Dalam mengendalikan pemerintahan Umar Ibn Khattab menerapkan beberapa strategi kunci, diantaranya:
1) Merangkul dan bekerjasama dengan tokoh-tokoh terkemuka. Mereka dimanfaatkan secara maksimal dan diberi kepercayaan.
2) Membagi wilayah yang luas itu menjadi distrik-distrik (provinsi) yang tunduk pada pemerintahan pusat. Umar juga mengizinkan penduduk provinsi calon yang pantas dan jujur menurut mereka kemudian khalifah mengesahkannya.
3) Selalu melakukan konsultasi dan musyawarah dalam memecahkan berbagai masalah.
Pada masa pemerintahannya, ia juga menertibkan undang-undang dan mengeluarkan undang. Diadakan kebajikan peraturan undang-undang mengenai ketertiban pasar dan ukuran dalam jual beli, mengtur kebersihan jalan dan lain-lain.[11]
C.Sistem militer
Umar Ibn Khattab menaruh minat besar terhadap masalah kemiliteran. Ia membawa transformasi penakluk arab (tentara Arab) menjadi sebuah kelompok elit militer untuk bertugas menjalankan penaklukan berikutnya dan membentengi wilayah-wilayah yang ditundukkannya. Mereka ditempatkan pada perkampuangan atau pusat kemiliteran. Ia mendirikannya di Medinah, Kufah, Basrah, Mesir, Damaskus, Hams, dan Palestina, serta membangun tangsi-tangsi militer di Armenia dan Azerbaijan.
Sebagai kelompok penakluk, bangsa arab berhak atas gaji atau tunjangan yang dikeluarkan dari zakat yang dikumpulkan dari petani dan upeti penduduk. Untuk menjaga keamanan dan ketentraman masyarakat dibentuk jawatan kepolisian.
d.Pengangkatan hakim daerah
Dalam bidang pengadilan Umar Ibn Khattab mempercayakan kepada Qathi, seperti di Basrah dia mengangkat Syuraih dan di kufah Abu Musa al-Asy’ari. Merekalah yang memutuskan perkara-perkara yang terjadi dalam masyarakat daerah mereka. Adapun peemriksaan terhadap pengaduan kejahatan, cara yang diambil Umar adalah melalui pembuktian, kemudian menjatuhkan hukuman berdasarkan prinsip persamaan dan keadilan.
e.Sistem ekonomi
Untuk kestabilan sektor ekonomi, Umar Ibn Khattab meningkatkan pendapatan kas negara yang bersumber dari:
1) Zakat
2) Zijyah
3) Kharaj
4) Khumus
5) ‘Usyur
6) Al-fay[12]
f.Pendidikan
Usaha-usaha Abu Bakar Siddiq dalam pendidikan adalah:
1. Mementapkan ajaran islam dikalangan bangsa arab terutama mereka-mereka yang tidak mau membayar zakat dan yang murtad.
2. Memberikan pendidikan agama kepada mereka yang baru memeluk Islam.
3. Memberikan pelajaran Al-Quranul Karim
Guru-guru dan juru dakwah diangkat oleh khalifah Umar Ibn Khattab disetiap daerah untuk mengajari masyarakat tentang Agama Islam. Pokok-pokok ajaran yang disampaikan adalah masalah ibadah, syari’ah, dan akhlak. Khalifah Umar juga telah memberikan instruksi kepada penduduk agar mereka memberikan pelajaran berenang, menunggang kuda, pepatah-pepatah dan syair-syair.[13]
Umar wafat dalam usia 63 tahun seltelah kurang lebih 10 tahun mengenggam amanat sebagai khalifah.[14]
F.USMAN IBN AFFAN DAN ALI IBN ABI THALIB
1. Perluasan Wilayah
Di zaman Utsman Ibn Affan, Tripoli, Cyprus, Hizraf, Kabul, Gazna, Balk, Turkistan dan sebagian wilayah Khurasan dapat dikuasai oleh orang Islam. Tetapi gelombang ekspansi pertama berhenti sampai disini. Dikalangan ummat Islam mulai terjadi perpecahan karena soal pemerintahan dan dalam kekacauan yang timbul Utsman terbunuh. Dizaman Abi Ibn Abu Thalib tidak terjadi perluasan Daerah, kerana terjadi perpecahan diantara sesama ummat Islam. Ali harus lebih mengkonsentrasikan dirinya terhadap masalah-masalah intern dalam negeri.
2. Pembangunan Angkatan laut
Pada masa Utsman dibangun kekuatan angkatan laut yang besar yang didukung oleh sejumlah kapal laut. Kehebatan kekuatan angkatan laut ini dapat mengalahkan kekuatan Romawi yang menyerbu Mesir lewat laut. Pada tahun 26 H/646 M militer Romawi mendarat dipelabuhan Alexandria, Mesir dan berhasil menduduki kota tersebut. Namun akhirnya, pasukan Islam berhasil mengusir pasukan Romawi yang menggunakan konvoi militer 500 kapal laut. Pertahanan pasukan Islam dipimpin oleh panglima perang Abdullah. Inilah prestasi awal pasukan Islam meraih kemenangan gemilang dalam peperangan laut.
Utsman juga berjasa dalam membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kotao-kota, membangun jembatan, mesjid dan memperluas mesjid di Madinah.[15]
3.Pendidikan
Pada masa Usman Ibn Affan, terjadi perbedaan dalam membaca al- Quran maka agar tidak terjadi kesimpangsiuran didalam membacanya Usman Ibn Affan menyuruh Zaid Bin Tsabit, Abdullah Ibn Haris menyalin huruf-huruf yang pernah ditulis di zaman Abu Bakar, setelah selesai dilakuakan penulisan maka dikirimlah ke berbagai daerah-daerah yaitu:Mekkah, Kuffah, Basrah, Syriah dan satu tinggal di Madinah.Pada masa pemerinthan Ali Ibn Abi Thalib, yang masa pemerintahannya lebih kurang 5 tahun. Masa yang 5 tahun itu tidak sunyi dari peperangan silih berganti, oleh karena itu masa Ali perhatian terhadap pendidikan tidak sehebat khalifah terdahulu.[16]
4.Kekacauan dan Konflik Politik
Kebijaksanaan Utsman Ibn Affan dalam bidang politik, pemerintahan dan pengelolaan kekayaan, dalam enam tahun terakhir kekhalifahannya, memicu ketidakpuasan dikalangan ummat Islam. Ketidakpuasan itu akhirnya meningkat menjadi konflik politik.
Kebijaksanaan Utsman itu antara lain mengangkat pejabat-pejabat penting dari keluarga dekatnya, Bani umayyah, sehingga terkesan mengesampingkan Bani Hasyim, dan penduduk Madinah, seperti pemberhentian Zaid Ibn Tsabit sebagai sekretaris negara dan menggantikannya dengan Marwan Ibn Hakam, padahal Zaid lebih berpengalaman daripada Marwan. Utsman juga mengangkat gubernur dari keluarganya. Ali Ibn Abi Thalib sendiri sebagai sahabat terkemuka dan memiliki kapasitas keilmuan yang memadai, tidak memiliki kedudukan.
Utsman juga mengasingkan Abu Darda’ al-Ghifari atas pengaduan Mu’awiyah yang mengalahkan pendapat Abu Darda’. Namun demikian, ketidakpuasan sebagian ummat Islam tidak berarti semata-mata karena tidak mendapat kedudukan penting dalam pemerintahan. Tetapi faktor yang lebih dominan adalah kebijakan-kebijakan Utsman yang merugikan ummat Islam secara umum.Kebijakan Utsman, yang membuat ketidakpuasan masyarakat dijadikan oleh Abdullah Ibn Saba’ sebagai momen yang tepat untuk menjerumuskan ummat Islam dalam kekacauan dan perpecahan. Akhirnya Utsman dibunuh oleh pemberontak Mesir.
5.Permasalahan masa Ali Ibn Abi Thalib
Setelah Ali Ibn Abi Thalib menjadi khalifah, ia segera mendapat tantangan dari pemuka-pemuka yang ingin pula menjadi khalifah terutama Thalhah dan Zubair dari Mekkah yang mendapat sokongan dari Aisyah istri Nabi. Akhirnya Thalhah dan Zubair terbunuh, sedangkan Aisyah dikirim kembali ke Mekkah.
Tantangan kedua datang dari Mu’awiyah gubernur Damaskus dan anggota keluarga terdekat dengan Ibn Affan. Mu’awiyah tidak mengakui Ali sebagai khalifah bahkan menuduh Ali turut campur dalam soal pembunuhan Utsman. Kemudian terjadi peperangan antara keduanya di Siffin (Iraq), tentara Ali dapat mendesak tentara Mu’awiyah sehingga mereka bersiap-siap untuk lari, namun pihak Mu’awiyah minta damai dengan mengangkat Al-Qur’an dan Ali pun didesak oleh imam-imam yang ada dipihaknya untuk menerimanya. Lalu dicarilah perdaimaian dengan mengadakan hakam atau arbitrase sebagai pengantara diangkat dua orang: Amr Ibn Ash dari pihak Mu’awiyah dan Abu Musa Al-Asy’ari dari pihak Ali.
Dalam pertempuran itu kelicikan Amr mengalahkan perasaan Abu Musa, mereka sepakat untuk menjatuhkan Ali dan Mu’awiyah. Namun setelah Abu Musa mengumumkan keputusan menjatuhkan kedua pemuka yang bertentangan itu Amr yang berbicara kemudian menolak untuk menjatuhkan Mu’awiyah. Peristiwa ini merugikan bagi Ali dan menguntungkan bagi Mu’awiyah.
Kemudian Ali menerima untuk diadakan Arbitrase sungguhpun dalam keadaan terpaksa, tidak disetujui oleh sebagian tentaranya. Tentara ini mengasingkan diri dan keluar dari barisan Ali. Mereka kemudian dikenal dengan nama khawarij, yaitu orang-orang yang keluar, maksudnya orang-orang yang keluar dari barisan Ali. Mereka selanjutnya menentang Ali sehingga terjadi peperangan. Dalam peperangan itu kaum Khawarij kalah tetapi tentara Ali terlalu lemah untuk dapat meneruskan peperangan melawan Mu’awiyah. Mu’awiyah tetap berkuasan di Damaskus dan setelah Ali terbunuh tahun 661 M, Mu’awiyah dengan mudah dapat memperkuat kedudukannya sebagai Khalifah.[17]
6.Hasan Ibn Ali Ibn Abi Thalib dan ‘Am Al-Jama’ah
Hasan Ibn Ali Ibn Abi Thalib, setelah kematian Ali, menyatalkan diri sebagai khalifah dengan dukungan penduduk irak untuk menggantikan ayahnya. Tetapi karakternya lemah. Ketika datangnya ancaman tentara Muawiyah, Hasan bersedia berunding. Lalu ia mengajukan syarat-syarat kepada Muawiyah antara lain:
1. Agar Muawiyah tidak menaruh dendam terhadap orang Irak
2. Menjamin keamanan dan memaafkan keamanan
3. Pajak negeri ahwaz diperuntukan kepadanya
4. Muawiyah membayar kepada saudaranya Husein 2juta dirham
Bagi Muawiyah tidak menjadi masalah yang penting Hasan bersedia mengundurkan diri dan mengakuinya sebagai khalifah yang sah. Sesedah tercapai perdamaian Hasan mengundurkan diri dan menyerahkan jabatan khalifah kepada Muawiyah. Kemudian diumumkan bahwa Hasan taat dan patuh kepada Muawiyah. Tahun ini kemudian terkenal dengan ’Am Al Jamaah(tahun persatuan,karena rakyat telah bersatu dibawah satu khalifah, Muawiyah ibn Abi Sofyan dengan ibu kota pemerintahanya Damaskus.Disisi lain, perjanjian itu menyebabkan Mu’awiyah menjadi penguasa absolut dalam islam.[18]
G.KESIMPULAN
Perang riddah tidak lain adalah perang antara orang- orang mukmin dengan orang-orang murtad yang berkeinginan mengembalikan kaum muslimin ke peradaban sebelumnya. Oleh karena itu mereka menentang Abu Bakar. Khalid Ibn Walid adalah jenderal yang banyak jasanya dalam mengatasi perang riddah ini.Selama pemerintahan Abu Bakar dan Umar Ibn Khatthab terjadi berbagai perubahan dan kemajuan luar biasa dalam berbagai aspek kehidupan. Abu Bakar mampu mengatasi persoalan internal ummat islam, seperti timbulnya deintegrasi, munculnya nabi-nabi palsu dan orang-orang murtad, serta banyaknya orang-orang yang tidak membayar zakat sehingga terhindar dari perpecahan dan mampu mengukuhkan kedudukan politik dalam negri.
Sedangkan Umar Ibn Khatthab mampu menjamin pengembangannya seperti penataan administrasi pemerintahan, pembangunan sarana fisik, pemahaman syariat islam secara kontekstual dan perluasan dunia islam.Abu Bakar meskipun masa kekuasaannya 2 tahun namun mampu menyiapkan jalan bagi perluasan islam keluar jazirah arab. Ia mulai memperlebar wilayah keluar arabia. Khalid Ibn Walid dikirim ke irak dan dapat menguasai Hira tahun 634 M. Ke syiria dikirim tentara di bawah pimpinan tiga jenderal yaitu Amr Ibn Ash, Yazid ibn Abi Sofyan dan Syutahbil Ibn Hasanah. Ekspansi ini bahkan sampai kekuasaan Bijantium walaupun hasilnya belum sempat diketahuinya karna lebih dahulu wafat.
Perluasan wilayah pada masa pemerintahan umar sangat menonjol sehingga wilayah kekuasaan islam sampai ke syiria, irak, persia dan mesir. Ekspansi ke syiria dipimpin oleh Khalid Ibn Walid. Damaskus dapat dikuasai pasukan Islam 635 M. Kemudian ekspansi dilanjutkan ke arah Yordania, pecahlah perang Fihl antara pasukan Islam melawan pasukan Romawi dibawah pimpinan Jendral Siklar yang berakhir dengan kemenangan pasukann islam. Penyerangan diteruskan ke Hims (Amasia), dan ke Antokia, tempat istana Heraclius, raja romawi. Kemudian terjadi perang Yarmuk pada tahun 636 M dan Yerussalem dapat direbut tahun 637 M. Akhirnya seluruh syiria dapat dikusai dalam waktu relatif singkat (633-640 M).Ekspansi ke Irak pertama kali dipimpin oleh Mutsanna, kemudian Umar menggantinya dengan Sa’ad ibn Abi Waqas. Dibawah pimpinan Sa’ad akhirnya dapat direbut kota-kota strategis dari kekusaan Persia. seperti Qadisia (638 M), Madain (637 M), Jalula (638 M), Hulwa (638 M), Hurista (638 M), Khasru (641 M), Nahawan (641 M), Hawadan (642 M), Azerbaijan (642 M), Kirman (644 M), Fars (644 M), Khurasan (644 M) dan Makran (645 M).
Ekspansi ke Mesir dipimpim oleh Amr Ibn Ash, mula-mula ia menyerang Mesir disertai dengan 4000 tentara tahun 639 M, dan dapat merebut kota Farama (Mesir timur)dan Bilbay. Puncak pertempuran terjadi di Babilon, sebagai pusat kerajaan Byzantium. Setelah datang bantuan pasukan 6000 tentara dipimpin oleh Zubair Ibn Awwam, Babilon dapat direbut. Penyerbuan diteruskan ke pusat kota Alexandria yang dipertahankan oleh 50000 tentara Heraclius. Kematian Heracluis secara tiba-tiba merubah situasi dan seluruh Mesir akhirnya jatuh ke tangan pasukan Islam tahun 641 M.Setelah penaklukan syiria, Irak, Persia, dan Mesir dalam waktu singkat selama 10 tahun kepemimpinan Umar Ibn Khattab, negara Islam telah berubah menjadi negara Adi kuasa pada masa itu.
Dalam mengendalikan pemerintahan Umar Ibn Khattab menerapkan beberapa strategi kunci, diantaranya:
1. Merangkul dan bekerjasama dengan tokoh-tokoh terkemuka. Mereka dimanfaatkan secara maksimal dan diberi kepercayaan
2. Membagi wilayah yang luas itu menjadi distrik-distrik (provinsi) yang tunduk pada pemerintahan pusat. Umar juga mengizinkan penduduk provinsi calon yang pantas dan jujur menurut mereka kemudian khalifah mengesahkannya.
3. Selalu melakukan konsultasi dan musyawarah dalam memecahkan berbagai masalah.
Pada masa pemerintahannya, ia juga menertibkan undang-undang dan mengeluarkan undang. Diadakan kebajikan peraturan undang-undang mengenai ketertiban pasar dan ukuran dalam jual beli, mengtur kebersihan jalan dan lain-lain.
Untuk kestabilan sektor ekonomi, Umar Ibn Khattab meningkatkan pendapatan kas negara yang bersumber dari:
Zakat,Zijyah,Kharaj,Khumus,‘UsyurDAl-fay
Usaha-usaha Abu Bakar Siddiq dalam pendidikan adalah:
o Mementapkan ajaran islam dikalangan bangsa arab terutama mereka-mereka yang tidak mau membayar zakat dan yang murtad.
o Memberikan pendidikan agama kepada mereka yang baru memeluk Islam.
o Memberikan pelajaran Al-Quranul Karim
Guru-guru dan juru dakwah diangkat oleh khalifah Umar Ibn Khattab disetiap daerah untuk mengajari masyarakat tentang Agama Islam. Pokok-pokok ajaran yang disampaikan adalah masalah ibadah, syari’ah, dan akhlak. Khalifah Umar juga telah memberikan instruksi kepada penduduk agar mereka memberikan pelajaran berenang, menunggang kuda, pepatah-pepatah dan syair-syair
Di zaman Utsman Ibn Affan, Tripoli, Cyprus, Hizraf, Kabul, Gazna, Balk, Turkistan dan sebagian wilayah Khurasan dapat dikuasai oleh orang Islam. Tetapi gelombang ekspansi pertama berhenti sampai disini. Dikalangan ummat Islam mulai terjadi perpecahan karena soal pemerintahan dan dalam kekacauan yang timbul Utsman terbunuh. Dizaman Abi Ibn Abu Thalib tidak terjadi perluasan Daerah, kerana terjadi perpecahan diantara sesama ummat Islam. Ali harus lebih mengkonsentrasikan dirinya terhadap masalah-masalah intern dalam negeri.
Pada masa Utsman dibangun kekuatan angkatan laut yang besar yang didukung oleh sejumlah kapal laut.
Pada masa Usman Ibn Affan, terjadi perbedaan dalam membaca al- Quran maka agar tidak terjadi kesimpangsiuran didalam membacanya Usman Ibn Affan menyuruh Zaid Bin Tsabit, Abdullah Ibn Haris menyalin huruf-huruf yang pernah ditulis di zaman Abu Bakar.
Kebijaksanaan Utsman itu antara lain mengangkat pejabat-pejabat penting dari keluarga dekatnya, Bani umayyah, sehingga terkesan mengesampingkan Bani Hasyim, dan penduduk Madinah, seperti pemberhentian Zaid Ibn Tsabit sebagai sekretaris negara dan menggantikannya dengan Marwan Ibn Hakam, padahal Zaid lebih berpengalaman daripada Marwan. Utsman juga mengangkat gubernur dari keluarganya.Ali Ibn Abi Thalib sendiri sebagai sahabat terkemuka dan memiliki kapasitas keilmuan yang memadai, tidak memiliki kedudukan.Kebijakan Utsman, yang membuat ketidakpuasan masyarakat dijadikan oleh Abdullah Ibn Saba’ sebagai momen yang tepat untuk menjerumuskan ummat Islam dalam kekacauan dan perpecahan. Akhirnya Utsman dibunuh oleh pemberontak Mesir.
Ketika datangnya ancaman tentara Muawiyah, Hasan bersedia berunding. Lalu ia mengajukan syarat-syarat kepada Muawiyah antara lain:
· Agar Muawiyah tidak menaruh dendam terhadap orang Irak
· Menjamin keamanan dan memaafkan keamanan
· Pajak negeri ahwaz diperuntukan kepadanya
· Muawiyah membayar kepada saudaranya Husein 2juta dirham
REFERENCES
Erawadi, diktat sejarah Peradaban Islam, STAIN Padangsidimpuan, 2009
Daulay,Haidir Putra, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Medan:IAIN Press,2007
Glasse, Cyril, Ensikkolopedi Islam, Jakarta:Raja Grafindo Persada, 1999
yeniqa.wordpress.com/.../peradaban-islam-zaman-khulafaur-rasyidin/ - Tembolk- Mirip
muhlis.files.wordpress.com/2007/.../islam-masa-khulafaur-raosyidin.pdf - Mirip
Muradi, Sejarah Kebudayaan Islam,Semarang:Toha Putra, 1997
Yatim,Badri, Sejarah Peradapan Islam ,Jakarta:Raja Grafindo Persada, 1994
Penyusun Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam Jilid 5, Jakarta:Ichtiar Baru Van Hoeva, 1994
Tidak ada komentar:
Posting Komentar